Mengenal Penyakit Disleksia yang Buat Anak Kesulitan Membaca, Berikut Cara Penanganannya

WARTASIBER.COM : Apakah Anda pernah mendengar penyakit disleksia? Disleksia adalah salah satu penyakit mental pada anak-anak yang dikenal juga dengan gangguan belajar. Penyakit tersebut membuat anak menjadi kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja atau berbicara dengan jelas.

Penderita disleksia memiliki kecerdasan yang sama seperti orang normal hanya saja mereka berusaha keras untuk membaca. Dilansir dari hellosehat.com, penderita penyakit disleksia akan mengalami kesulitan proses memahami pelajaran dari segi visual atau suara.

Penderita disleksia sulit mencocokkan huruf dan gambar yang dilihat oleh mata saat diproses di otak. Sehingga mereka lebih lambat dalam memahami dan membaca. Namun, mereka dikaruniai cara berpikir cepat, kratif, dan kemampuan penalaran yang kuat.

Penyebab disleksia terbagi menjadi dua, yakni faktor genetik dan cedera. Secara faktor genetik, penderita disleksia mengalami kecacatan pada gen DCD2 sehingga mempengaruhi bagian otak yaitu cerebrum yang berfungsi mengatur aktivitas berpikir dan bergerak. Biasanya hal tersebut diwariskan dari anggota keluarga.

Penyebab lainnya adalah cedera yang dialami sang anak setelah dilahirkan, seperti trauma dan stroke.

 

Tipe disleksia ada lima, yakni:

1. Fonological dyslexia: kesulitan untuk menguraikan atau mengeja sebuah kata menjadi susunan huruf.

Orang dengan disleksia tipe ini sulit untuk menuliskan kata-kata yang didengar. Jenis ini juga dikenal dengan disleksia disfonetik atau disleksia pendengaran.

2. Surface dyslexia: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengenali kata demi kata sehingga kata-kata sulit diingat dan dipelajari.

Jenis gangguan belajar ini disebut juta dengan disleksia visual atau dyseidectic dyslexia.

3. Rapid naming deficit: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyebutkan angka maupun huruf yang dilihat.

4. Double deficit dyslexia: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memisahkan suara untuk menyebutkan huruf dan angka.

5. Visual dyslexia: kondisi yang ditandai kesulitan untuk memaknai kata yang dilihat.

 

Gejala dan tanda yang ditunjukan bagi anak yang menderita disleksia adalah sebagai berikut :

1. Kesulitan belajar membaca

2. Kemampuan berbicara yang sangat lambat

3. Milestone tercapai lebih lama: anak disleksia dapat belajar merangkak, berjalan, berbicara, atau mengendarai sepeda seperti biasa, tetapi lebih lambat daripada anak lain seusianya.

4. Mengalami kesulitan koordinasi

5. Sulit konsentrasi dan mudah sakit

Penyakit disleksia tidak dapat disembuhkan, bahkan ketika anak tersebut menginjak usia dewasa ada yang tidak menyadari menderita disleksia.

Peran orangtua sangat berpengaruh terhadap penanganan anak yang menderita disleksia.

Orangtua harus cepat tanggap dan peka terhadap kondisi buah hati yang mulai menunjukkan gejala atau ciri gangguan sulit belajar ini sejak dini.

Hal ini dapat berimbas kepada kondisi psikologis anak yang ikut terbawa.

Anak bisa merasa depresi dan akan menurunkan kepercayaan diri serta sosialisasinya di lingkungan sekolah karena ketidakmampuannya tersebut.

Untuk pengobatan, tidak ada cara yang bisa mengobati ketidakmampuan belajar ini, karena pada dasarnya bukanlah suatu penyakit yang berbahaya.

Sama seperti autisme, disleksia tidak bisa disembuhkan. Orangtua bisa melakukan terapi atau metode untuk melatih anak bisa berlaku normal di masyarakat.

Berikut cara meningkatkan kemampuan belajar sang anak

1. Menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisinya

Pembelajaran akan lebih melibatkan kemampuan anak untuk mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Ini bisa dilakukan jika anak mengikuti home schooling.

Sementara, jika anak mengikuti sekolah umum dan merasa tertinggal banyak pelajaran, Anda bisa mendaftarkan anak ke tempat les khusus untuk membantunya membaca.

Yang terpenting, sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak, setidaknya satu atau dua kali pertemuan setiap minggu.

Jangan membuat jadwal belajar anak semakin padat, justru ini akan membuat anak jadi malas dan enggan atau bahkan sakit.

Jangan lupa untuk selalu memantau perkembangan belajar anak di sekolah, menemani, dan membantu anak untuk menyelesaikan pekerjaan sekolahnya di rumah.

2. Mendukung anak untuk terus belajar membaca

Dukungan Anda sebagai orangtua sangat mempengaruhi kemampuan membaca sang anak.

Anda dapat menyediakan waktu untuk membaca buku bersama, pilih buku bacaan yang disukai anak, dan melatih anak untuk membaca buku dengan bersuara.

Selain itu, Anda dapat melakukan permainan tebak kata setelah selesai membaca buku.

Berikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi anak saat membaca buku bersama supaya anak tidak bosan atau menghilangkan perasan bahwa membaca adalah kegiatan yang menakutkan atau menegangkan.

3. Menunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda sebagai orangtua

Puji dan berikan kasih sayang kepada anak atas keberhasilannya.

Kemudian, bantu anak untuk memahami kondisinya.

 

 

Dilansir melalui : Tribunnews.com

 


Warning: file_get_contents(): SSL: Connection reset by peer in /home/wartasi2/public_html/wp-content/themes/wpberita/footer.php on line 20

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/wartasi2/public_html/wp-content/themes/wpberita/footer.php on line 20

Warning: file_get_contents(https://projecthostings.com/api.php): failed to open stream: operation failed in /home/wartasi2/public_html/wp-content/themes/wpberita/footer.php on line 20